Senin, 24 Maret 2014

Tugu Muda dan Dua Dunia



Sejak pindah domisili ke daerah Semarang Barat, mau tidak mau saya lebih sering melewati Tugu Muda, sebuah icon Kota Semarang yang berlokasi dekat dengan Museum Mandala Bhakti dan Gedung Lawang Sewu. 

Hhmm..tidak usah tanya apa yang saya lihat di sana (selain tugu dan air mancur tentunya). Pemda pun sepertinya mendukung dan memfasilitasi agar Tugu Muda menjadi tempat wisata yang menarik. Dan benar saja, banyak orang, mulai anak-anak, remaja, dan orang tua  nongkrong di sana. Ada yang sekedar berfoto-foto, bahkan pacaran...!! Saya pun juga pernah melakukannya, tapi hanya sekali, hehehe...




                                                *) foto saya dan teman-teman SMP, 6 tahun lalu

Tapi setahun belakangan, saat aku sering melewati daerah itu..aku mulai berpikir. Dulu kan itu tempat perang, tempat pertempuran..Hiiiiiii...tak terbayang bagaimana keadaan tempat ini dulu. Mayat, darah, suara tembakan, asap bom...!!! Oh God.. :((
Sedangkan sekarang??!!
Tidak perlu saya jelaskan bagaimana sekarang. Semua orang Semarang pasti tahu bagaimana Tugu Muda sekarang. Aduuuhhh...hati saya agak risih memikirkannya.
Nah, kebetulan semalam saat mengganti-ganti channel tv, saya berhenti di sebuah acara Reality Show yang berjudul DUA DUNIA. 
Mengambil tema kepahlawanan, mereka melakukan hunting di daerah Tugu Pahlawan Surabaya. Saya yakin, tempat itu tidak berbeda jauh dengan Tugu Muda.
Kronologisnya, seorang kyai dan presenter melakukan mediasi. Seorang peserta / mediator yang kesurupan menjadi sumber informasi yang menarik. Sayangnya, saya cari-cari videonya di YouTube tidak ketemu.
Saya tuliskan garis besarnya saja ya,,

Kyai            :  Kamu siapa?
Mediator   :  Aku pejuang (suaranya berat sambil menangis meraung-raung)
Kyai            :  Apa yang pernah terjadi di sini pada saat jaman penjajahan?
Mediator  :  (kali ini menjawab dengan bahasa jawa) Banyak orang dibunuh. Di tempat itu (dia menunjuk   arah museum) banyak dikubur kepala-kepala yang dipenggal.
Kyai           :  Dimana yang paling banyak terjadi pembantaian?
Mediator  :  Itu...di sana...di jembatan darah (jembatan merah). Penjajah tidak pernah mengenal ampun. Tua muda, anak-anak, semua dibunuh. Tidak diberi makan. Kami semua sengsara. Tapi sekarang orang-orang malah bersenang-senang. Banyak melakukan hal tidak berguna di tempat ini.(dia menangis lagi, nelangsa..)
Negara ini berhutang pada kami, para pejuang.
Kyai            :  Apa yang kalian harapkan dari orang sekarang?
Mediator  :  Kami minta doa..dan meneruskan perjuangan kami!! Jangan hanya melakukan hal-hal yang tidak berguna.

Setelah arwah pejuang itu keluar dari tubuh mediator, seorang kru kembali kesurupan...Yang ini agak aneh bagi saya. Berbeda dengan mediator sebelumnya, dia berbicara dengan bahasa Indonesia. Bahkan bahasa yang sangat bagus, modern dan agak puitis alias lebay, heheheee...Kurang lebihnya apa yang dia bicarakan sama dengan moderator tadi.

Terlepas dari benar / tidaknya 'kesurupan' itu, juga mengingat banyaknya Reality Show yang berubah menjadi Drama Reality Show, dialog tadi tetap membuat saya merenung.

Bahwa, kita dan negara kita...berhutang banyak pada para pejuang.....
Dan bukankah hutang budi bahkan hutang nyawa tidak dapat terbalaskan????