Sejak pindah domisili ke daerah Semarang Barat, mau tidak mau saya
lebih sering melewati Tugu Muda, sebuah icon Kota Semarang yang berlokasi dekat dengan Museum Mandala Bhakti dan Gedung Lawang Sewu.
Hhmm..tidak usah tanya apa yang saya lihat di
sana (selain tugu dan air mancur tentunya). Pemda pun sepertinya mendukung dan
memfasilitasi agar Tugu Muda menjadi tempat wisata yang menarik. Dan benar
saja, banyak orang, mulai anak-anak, remaja, dan orang tua nongkrong di
sana. Ada yang sekedar berfoto-foto, bahkan pacaran...!! Saya pun juga pernah
melakukannya, tapi hanya sekali, hehehe...
*) foto saya dan teman-teman SMP, 6 tahun lalu
Tapi setahun belakangan, saat aku sering melewati daerah itu..aku
mulai berpikir. Dulu kan itu tempat perang, tempat pertempuran..Hiiiiiii...tak
terbayang bagaimana keadaan tempat ini dulu. Mayat, darah, suara tembakan, asap
bom...!!! Oh God.. :((
Sedangkan sekarang??!!
Tidak perlu saya jelaskan bagaimana sekarang. Semua orang Semarang
pasti tahu bagaimana Tugu Muda sekarang. Aduuuhhh...hati saya agak risih
memikirkannya.
Nah, kebetulan semalam saat mengganti-ganti channel tv, saya
berhenti di sebuah acara Reality Show yang berjudul DUA DUNIA.
Mengambil tema kepahlawanan, mereka melakukan hunting di daerah
Tugu Pahlawan Surabaya. Saya yakin, tempat itu tidak berbeda jauh dengan Tugu
Muda.
Kronologisnya, seorang kyai dan presenter melakukan mediasi.
Seorang peserta / mediator yang kesurupan menjadi sumber informasi yang
menarik. Sayangnya, saya cari-cari videonya di YouTube tidak ketemu.
Saya tuliskan garis besarnya saja ya,,
Kyai : Kamu siapa?
Mediator : Aku pejuang (suaranya berat sambil menangis
meraung-raung)
Kyai : Apa yang pernah
terjadi di sini pada saat jaman penjajahan?
Mediator : (kali ini menjawab dengan bahasa jawa)
Banyak orang dibunuh. Di tempat itu (dia menunjuk arah museum)
banyak dikubur kepala-kepala yang dipenggal.
Kyai :
Dimana yang paling banyak terjadi pembantaian?
Mediator : Itu...di sana...di jembatan darah (jembatan
merah). Penjajah tidak pernah mengenal ampun. Tua muda, anak-anak, semua
dibunuh. Tidak diberi makan. Kami semua sengsara. Tapi sekarang orang-orang
malah bersenang-senang. Banyak melakukan hal tidak berguna di tempat ini.(dia
menangis lagi, nelangsa..)
Negara ini berhutang pada kami, para pejuang.
Kyai : Apa
yang kalian harapkan dari orang sekarang?
Mediator : Kami minta doa..dan meneruskan perjuangan
kami!! Jangan hanya melakukan hal-hal yang tidak berguna.
Setelah arwah pejuang itu keluar dari tubuh mediator, seorang kru
kembali kesurupan...Yang ini agak aneh bagi saya. Berbeda dengan mediator sebelumnya,
dia berbicara dengan bahasa Indonesia. Bahkan bahasa yang sangat bagus, modern
dan agak puitis alias lebay, heheheee...Kurang lebihnya apa yang dia bicarakan
sama dengan moderator tadi.
Terlepas dari benar / tidaknya 'kesurupan' itu, juga mengingat
banyaknya Reality Show yang berubah menjadi Drama Reality Show, dialog tadi
tetap membuat saya merenung.
Bahwa, kita dan negara kita...berhutang banyak pada para
pejuang.....
Dan bukankah hutang budi bahkan hutang nyawa tidak dapat
terbalaskan????